SESAL
Aku menyesal telah membiasakan
diriku pada kesendirian. Banyak teman di sekelilingku. Banyak sahabat yang
menemaniku, dan keluarga yang menyelimutiku. Tapi, aku masih merasa sendiri.
Aku merasa tak dihargai dan tak di anggap disini.
Mungkin karna dulu aku selalu di
benci, selalu tidak di beri kasih sayang, dan tidak di rawat oleh orangtuaku
sendiri. Kini, aku tumbuh menjadi orang
yang pemarah, orang yang sensitive, orang yang ingin merebut hak orang lain,
dan yang lebih parah lagi aku menjadi orang yang pendendam.
Apa aku ini egois??
Tuhan, aku hanya ingin
mendapatkan perhatian. Aku ingin seperti teman-temanku yang selalu di
antar-jemput saat TK, selalu di bantu saat mengerjakan tugas, menyisirkan
rambutku setelah aku mandi dan masih banyak lagi. Tuhan orangtuaku terlalu
sibuk dengan pekerjaannya. Aku memang memiliki segalanya. Aku memiliki uang,
aku memiliki barang-barang mewah bahkan aku juga memiliki harta melimpah. Tapi
semua itu tak menjadikanku bahagia tuhan. Aku hanya ingin orangtuaku. Aku hanya
ingin kasih sayang dari beliau tuhan.
Apa aku terlalu mencari
perhatian kepada teman-temanku?? Kenapa teman-temanku menjadi tidak nyaman
denganku?? dan ahirnya.. mereka menjauh dariku.
Betapa sakitnya hati ini merasa disendirikan.
Memang di sebelahku ada teman. Tapi temanku itu asyik berbicara dengan teman
sebelahnya. lagi-lagi “CANGCIMEN” kacang kuaci permen, aku di kacangin seperti
tak ada tubuhku di sampingnya. Tuhan kuatkanlah aku.. :’(
Tahun-demitahun telahku jalani.
Kini ayahku lengser dari jabatannya. Yang dulu menjadi DPRD dan dosen di UAD.
Karna kesalahannya ayahku gagal berperang. Ayahku sekarang hanyalah pengembala
kambing. Dengan tanpa malunya beliau membawa kambingnya ke sawah.
Orang-orangpun terkejut melihatnya. Ibukupun juga begitu, ibuku kini meneruskan
S3nya di UGM dan cuti menjadi dosen. Ekonomi di rumahku mulai menurun.
Kebun-kebun dan rumah di jual oleh ayahku untuk menutupi hutang.
Dari situlah orangtuaku tersadar.
Betapa menyia-nyiakan mereka terhadap ke-7 anaknya. Hidupku sekarang mulai berubah, miskin tapi aku merasa bahagia, bukan lagi kaya tetapi menyiksa. Perlahan tapi pasti ayahku
mulai dengan “0” lagi..
Sudah 4 tahun aku mengalami
keterpurukan, makan seadanya, barang seadanya dan tidur juga seadanya.
Pagi-pagi buta, ayahku menerima
amplop berwarna putih dari tukangpos itu. Perlahan Beliau buka amplop itu, dan
tiba-tiba ayahku mengeluarkan air mata dan bersujud dengan membaca
“alhamdulilah”. Aku bingung kenapa ayahku sebahagia itu. Setelahku melihat surat itu. Surat itu berisikan
tentang di angkatnya ayahku menjadi Dosen tetap lagi. Alhamdulilah ya Alloh kau
berikan jalan lagi untuk keluargaku.
Meski aku sudah bahagia tetapi
aku tetap merasa sendiri. Entah mengapa dan bagaimana. Tetapi aku akan berusaha
merubah itu semua..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar